Minggu, 28 April 2019

KISAH NABI IBRAHIM AS

Nabi Ibrahim as. adalah putra Azar. Ia dilahirkan di wilayah Kerajaan Babylonia yang saat itu diperintah oleh Raja Namrud. Namrud adalah raja yang sangat sombong yang mengaku dirinya adalah Tuhan. Raja Namrud juga dikenal sangat kejam kepada siapa saja yang menentang kekuasaannya.
Nabi Ibrahim pun mencoba mencari Tuhan yang lain. Memasuki malam berikutnya, bulan pun muncul dan bersinar memancarkan cahayanya yang keemasan. Ia pun menduga, “Inikah Tuhan yang aku cari?” Maka, ketika pagi datang menjelang, bulan pun hilang tanpa alasan. Seperti halnya terhadap matahari dan bintang, Ibrahim pun memastikan bahwa bukanlah matahari, bintang, dan bulan yang menjadi Tuhan untuk disembah, tetapi pasti ada satu kekuatan Yang Maha Perkasa dan Maha Agung yang menggerakkan dan menghidupkan semua yang ada. Ibrahim pun menyimpulkan bahwa Tuhan tidak lain adalah Allah Swt.
Firman Allah Swt dalam QS. Al-An’am 76-79: 76. "Ketika malam telah gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata: "Inilah Tuhanku", tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata: "Saya tidak suka kepada yang tenggelam".
77. "Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata: "Inilah Tuhanku". Tetapi setelah bulan itu terbenam, dia berkata: "Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang yang sesat".
78. "Kemudian tatkala ia melihat matahari terbit, dia berkata: "Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar". Maka tatkala matahari itu terbenam, dia berkata: "Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan."
79. "Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi, dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan." Ketika keyakinan Nabi Ibrahim as. kepada Allah Swt. betul-betul merasuki jiwanya, mulailah ia mengajak orang-orang di sekitarnya untuk meninggalkan penyembahan terhadap berhala yang tiada memiliki kekuatan apa pun. Dan tidak pula memberi manfaat. Orang pertama yang ia ajak untuk hanya menyembah Allah Swt. adalah Azar, ayahnya yang berprofesi sebagai pembuat patung untuk disembah. Mendengar ajakan Ibrahim, Azar marah karena apa yang dilakukannya semata-mata apa yang sudah dilakukan oleh nenek moyangnya dahulu. Azar meminta Ibrahim untuk tidak menghina dan melecehkan berhala yang seharusnya ia sembah. “Wahai saudaraku! Patung-patung itu hanyalah buatan manusia yang tidak dapat bergerak dan tidak memberi manfaat sedikitpun. Mengapa kalian sembah dengan memohon kepadanya?”
Nabi Ibrahim melihat bukti kekuasaan Alloh
Nabi ibrahim yang sudah berketatapan hati hendak memerangi syirik dan persembahan berhala yang terjadi  dalam masyarakat kaumnya ingin lebih dahulu mempertebalkan iman dan keyakinannya, menentramkan hatinya serta membersihkannya dari keragu-raguan yang mungkin sesekali mengganggu pikirannya degan memohon kepada Allah agar diperlihatkan kepadanya bagaimana Dia menghidupkan kembali makhluk-makhluk yang sudah mati. Berserulah ia kepada ALlah : “Ya Tuhanku! Tunjukkanlah kepadaku bagaimana engkau mengidupkan makhluk-makhluk yang sudah mati.” Allah menjawab seruannya dengan berfirman : Tidaklah engkau beriman dan percaya kepada kekuasaan-Ku ? “Nabi Ibrahim menjawab  : “Benar, wahai Tuhanku, aku telah beriman dan  percaya pada Mu dan kepada kekuasaan-Mu, namun aku ingin sekali melihat itu dengan mata kepalaku sendiri, agar aku dapat mendapat ketentraman dan ketenangan dan hatiku dan agar kami menjadi tebal dan kukuh keyakinanku kepada-Mu dan kepada kekuasaan Mu.
Allah mengabulkan permohonan Nabi Ibrahim as lalu diperintahkanlah ia menangkap empat ekor burung lalu setelah memperhatikan dan meneliti bagian tubuh-tubuh burung itu, memotongnya menjadi berkeping-keping mencampur baurkan kemudian tubuh burung yang sudah hancur luluh dan bercampur baur itu diletakkan di atas puncak setiap bukti dari empat  bukit yang letakknya berjauhan satu dari yang lain.
Setelah dikerjakan apa yang telah diisyaratkan oleh Allah itu, diperintahkanlah Nabi Ibrahim as memangil burung-burung yang telah terkoyak koyak tubuhnya dan terpisah jauh tiap-tiap bagian tubuh burung dari bagian yang lain.
Dengan izin Allah dan kuasa-Nya datanglah beterbangan empat ekor burung itu dalam keadaan utuh bernyawa seperti sediakala begitu mendengar seruan dan panggilan nabi ibrahim as kepadanya lalu hinggaplah empat burung yang hidup kembali itu didepannya, dilihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana Allah Yang Maha Berkuasa dapat menghidupkan kembali makhluk-Nya yang sudah mati sebagaimana Dia menciptakannya dari sesuatu yang tidak. Dan dengan demikian tercapailah apa yang diinginkan oleh Nabi Ibrahim as untuk menetramkan hatinya dan menghilangkan kemungkinan ada keraguan di dalam iman dan keyakinannya, bahwa kekuasaan dan kehendak Allah tidak ada sesuatu pun di langit atau di bumi yang dapat menghalangi atau menentangnya dan hanya kata “kun” yang difirmankan oleh-Nya maka terjadilah akan apa yang dikehendakinya “Fayakun”

Arief Wahyudi
*Berbagai sumber