Senin, 07 Februari 2011

Jejak Yahudi di Indonesia

Dengan dogma yang mereka yakini bahwa mereka adalah bangsa pilihan Tuhan, tidak heran Yahudi selalu berusaha memperbudak bangsa lain, menghancurkan kesejahteraan umat manusia, termasuk kehidupan politik, ekonomi, sosial, dan budaya di negara-negara yang mereka tempati. Tentu saja dalam hal ini bangsa Indonesia tidak lepas daripadanya. Orang-orang Yahudi memasuki Indonesia seiring zaman kolonialisme Belanda. memang tidak mudah melacak jejak Yahudi di Negara Muslim seperti Indonesia, apalagi gerakan Yahudi ini sangat rahasia. Peran bawah tanah yang dilakukan oleh organisasi-organisasi rahasia Yahudi telah menjadikan gerakan mereka sulit diidentifikasi secara nyata. Namun demikian, dalam kasus Indonesia, jejak-jejak gerakan Yahudi itu bisa dilihat dari beberapa bukti. Misalnya eksistensi maskapai perdagangan di Hindia Belanda yaitu VOC, Boedi Oetomo, loji-loji di beberapa kota, dan sebagainya. Aktivitas orang-orang Yahudi juga sangat halus, umumnya berkedok kegiatan sosial dan kemanusiaan, seperti yang dapat dilihat dari perkumpulan Rotary Club dan Lions Club. Namun sasaran dan tujuannya sangat jelas, yaitu meniadakan umat lain. Pada masa sekarang, aktivitas mereka juga dilakukan melalui sejumlah lembaga internasional, termasuk IMF. Hal ini senada sekali dengan apa yang terdapat dalam The Protocols of Zion: “Entah suatu negara sibuk dengan kekacauannya sendiri, atau perselisihan internal membawanya berada di bawah kekuasaan musuh dari luar—bagaimanapun hal itu dapat dipandang sebagai kekalahan yang mutlak: negara tersebut berada dalam kekuasan kita. Dominasi kekuatan modal, yang sepenuhnya berada di tangan kita, mengulurkan tangannya ke negara tersebut, yang mau tidak mau, harus diambil. Jika tidak….negara tersebut akan tenggelam.” Tak heran jika orang-orang Yahudi sangat berkepentingan dan menginginkan kebijakan yang merencanakan pembangunan di Indonesia selaras dengan program besar mereka. Komunitas yahudi di Indonesia Kebanyakan Yahudi yang tinggal di Hindia Belanda abad ke-19 adalah Yahudi Belanda yang bekerja sebagai pedagang atau berkerja di pemerintahan dan bersekutu dengan pemerintah kolonial. Pada tahun 1920-an, orang-orang Yahudi berdatangan dari Belanda, Baghdad, dan Aden. Pusat-pusat komunitas Yahudi pun dibanguan di sejumlah kota. Orang-oang Yahudi dari Baghdad menetap di Surabaya. Pada tahun 1921, utusan Zionis dari Israel yang bernama Cohen memperkirakan bahwa hamper ada 2000 orang Yahudi yang tinggal di Jawa. Karakteristik sosial dan kultural di Indonesia yang menfasilitasi kesuksesan ekonimi, politik, dan sosial komunitas Yahudi di Indonesia juga memberi kontribusi terhadap asimilasi. Rata-rata tingkat pernikahan di antara mereka naik dari 55% pada tahun 1844 menjadi 90% hingga 99% pada tahun 2004. pasangan-pasangan itu kemudian mendorong anak-anak mereka untuk berhubungan dengan penganut agama setempat. Mereka lebih suka menjadikan anak-anak mereka sebagai orang Indonesia. Menurut www.id.wikipedia.org, beberapa orang Indonesia keturunan Yahudi adalah artis Marini Sardi, politisi dan tokoh muda Yapto Suryosumarno, artis Nafa Urbach, artis Cornelia Agatha, penulis dan pengusaha Xaviera Holander, juga model Rita Aaron, dan Mariana Renata. Sekitar tahun 1850-an, banyak keluarga Yahudi Jerman dan Belanda yang menetap di Jakarta. Ada sekitar 20 keluarga Yahudi termasuk pasukan kolonial yang tinggal disana. Pad abad ke-19 dan 20 serta menjelang Belanda hengkang dari Indonesia, ada sejumlah orang Yahudi di Batavia yang membuka toko-toko di kawasan elit di Noordwijk (kini Jl. Juanda) dan Risjwijk (Jl. Veteran). Mereka menjadi pedagang sukses yang menjual permata, emas, intan, perak, kacamata, dan barang lainnya. Pusat hiburan elit di Jakarta juga diramaikan oleh pemusik Yahudi Polandia. Akhirnya Batavia menjadi salah satu kota Yahudi yang terpenting di Asia. Dulu, setiap hari Sabat, hari suci kaum Yahudi, mereka berkumpul di kawasan Mangga Besar. Mereka umumnya mengaku sebagai warga negara Belanda. Ada pula yang menyatakan bahwa pada tahun 1930-an dan 1940-an jumlah warga Yahudi di Jakarta sangatlah banyak hingga bisa mencapai ratusan orang. Karena pandai berbagasa Arab, mereka sering dikira keturunan Arab. Pada tahun 1950-an, komunitas Yahudi muncul di Surabaya. Bahkan hingga tahun 1970, masih ada sejumlah keluarga Yahudi di Indonesia. sekarang orang-orang Yahudi Irak yang tiba di Indonesia sejak lebih dari satu abad yang lalu untuk berdagang rempah-rempah masih menetap di Surabaya. Tradisi-tradisi Yahudi mereka pada umumnya masih asli. Dalam perayaan hari Sabat menjelang Yom Kippur, misalnya, pemimpin komunitas memotong ayam dan melemparkannya ke sekitar sinagog sebagai simbol pembersihan dosa anggota komunitas. Komunitas Yahudi ini masih memiliki sinagog –meskipun tidak ada rabbi— yang hingga kini berdiri di Jl. Kayon No.4, Surabaya. Mereka umumnya memakai paspor Belanda dan mengaku warga negara kincir angin. Freemason awal di Indonesia Freemason masuk Indonesia dengan berbagai cara, terutama lewat lembaga sosial pendidikan. Vrijmetselarij adalah Freemason bentukan Yahudi di zaman Hindia Belanda. organisasi ini tidak berdiri sendiri melainkan bagian dari gerakan konspirasi Yahudi internasional. Loji-loji Freemason tersebar dihampir semua wilayah di Hindia Belanda: Aceh, Medan, Padang, Palembang, Jawa, Sulawesi, dsb. Salah satu loji yang paling terkenal adalah Adhuc Stat (Loji Bintang Timur) di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, tepatnya di kawasan Taman Surapati. . Loji tersebut sekarang digunakan sebagai Gedung Bappenas (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional). Dulu, gedung itu dikenal masyarakat luas sebagai “gedung setan” karena sering dipakai sebagai tempat pemanggil arwah orang mati atau mahluk halus oleh para anggotanya Freemason yang berkumpul untuk melakukan pertemuan atau peribadatan. VOC maskapai dagang yahudi Ketika VOC yang merupakan maskapai perdagangan Yahudi terbesar di dunia menguasai Batavia, merela meletakkan sebuah patung Hermas lengkap dengan tongkat Brotherhood of The Snake-nya di atas jembatan perempatan Harmoni, Jakarta. Pada waktu itu wilayah harmoni merupakan wilayah perniagaan terbesar di Batavia dan para pedagang Yahudi berdagang disana. Hingga tahun 1999 patung Hermes ini masih tetap berdiri di atas jembatan Harmoni. Patung ini kemudia sempat dikabarkan dicuri orang. Dinas Kepariwisataan DKI Jakarta kemudian menemukannya dan kini patung Hermes yang asli dipindahkan ke lokasi Museum Fathillah, Jakarta. Pemerintah DKI Jakarta lalu membuat replikanya di atas jembatan Harmoni. Jika VOC mengambil simbol persaudaraan, ada apa sebenarnya dengan maskapai perdagangan Belanda ini? VOC mempunyai lambing yang mengandung nuansa Freemason. Mereka menambahkan huruf A pada lambing tersebut. padahal huruf A itu bukan singkatan dari nama VOC. Hal ini mereka lakukan agar sesuai dengan lambing jangka dan tangan yang bersalaman pada lambing Freemason. Sedangkan huruf V-nya akan menyerupai mistar siku. Bisnis yahudi di Indonesia hingga saat ini pun masih mengurita. Bisnis Yahudi ini antara lain bisa dilacak pada kepemilikan sejumlah perusahaan dalam berbagai bidang usaha, baik swasta maupun BUMN. Tak heran jika sebagian besar saham di dalamnya dikuasai oleh Yahudi. Indosat dan Sampoerna (perusahaan rokok), mislanya, merupakab bukti masuknya Yahudi di Indonesia. Ranah bisnis Yahudi di Indonesia bisa dilihat antara lain pada media televisi. Media massa Indonesia tidak luput dari incaran Rupert Murdoch, raja media massa dunia. Melalui Star TV, ia masuk ke stasiun televisi Indonesia. Murdoch sendiri sudah memiliki tiga siaran televisi terbesar dunia, ABC, CBS dan NBC. Sementara itu, kelompok usaha swasta asal Israel, Merhav Group, menanamkan investasinya pada pengembangan bahan bakar nabati (BBN) atau biofuel dengan perusahaan budi daya tanaman jarak pagar di Kupang, NTT, dengan modal sekitar Rp. 6 triliun. Demikian Yahudi berusaha mencengkeram dunia dengan segala aktivitas politik dan ekonominya. Saat ini dapat dilihat bahwa perusahaan-perusahaan raksasa berada dalam genggaman mereka seolah denyut nadi dunia sudah berhasil mereka kuasai. Namun selama bumi masih berputar, dunia dan sejarah kemanusiaan akan mengikuti tiada henti. Jatuh bangun peradaban manusia pun silihberganti. Adakalanya suatu umat tertentu meraih posisi puncak di atas umat-umat lainnya. Ia tampak mengendalikan orang-orang dan mendiktekan kea rah kehidupannya dalam berbagai sendi. Namun, adakalanya ia terpaksa harus mundur dan menyerahkan tongkat kejayaan kepada umat lain dengan berbagai sebab yang disebabkan tangan mereka sendiri. Kini kita menanti saat-saat keayaan itu kembali ke tangan umat Islam. courtesy by warnaislam.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar