Selama
Perang Salib, pertarungan antara kaum muslimin dan Kristen atau antara timur
dan barat terlihat dengan jelas. Perang Salib, biasa disebut oleh para
sejarawan muslim dengan nama al hamlet ash shalibiyah (serangan pasukan
salib). Sementara itu, para sejarawan barat lebih sering menyebut Perang Salib
dengan nama “Gerakan Salib” atau Gerakan Keagamaan”. Faktanya, semua kekerasan
dan pertempuran berlangsung hampir dua abad. Peristiwa ini telah melahirkan
gelombang kebencian, kedengkian, permusuhan, dan kehancuran yang merusak
hubungan antar bangsa.
Periode ini juga berlangsung invasi
pasukan Mongol terhadap dunia Islam yang telah membuat kerusakan amat besar,
bahkan meruntuhkan Dinasti Abbasiyah di Baghdad. Perang Salib benar-benar telah
usai setelah jatuhnya Konstantinopel, ibu kota Kekaisaran Byzantium, ditangan
pemimpin Turki, Sultan Muhammmad Al Fatih.
Setelah masa perang salib usai,
datanglah sebuah babak baru yang disebut sebagai Perang salib Modern. Pada
periode inilah bangsa Eropa mulai “mencaplok” dunia Islam untuk memecah belah
dan menguasainya. Bahkan ketika Jenderal Allenby asal Inggris berhasil memasuki
Gunung Zaitun di Baitul Maqdis, dia berkata, “Inilah akhir dari perang Salib”
dan ketika Jenderal Prancis, Koro memasuki Damaskus, dia segera mencari makam
Shalahuddin al Ayyubi. Setelah menemukan dia langsung menjejakkan kakinya di
atas makam sembari berseru, “Bangunlah kau hai Shalahuddin. Ini kami pasukan
salib sudah kembali”.
*arief abu habibie
Sumber: Atlas Perang Salib, Sami bin Abdullah al
Maghluts
Bagus bagus 👍
BalasHapusSyukron jazakumullah