Minggu, 24 November 2019

Faktor Kekalahan Kaum Muslim

Ketika Eropa memiliki peluang untuk kembali melakukan penjajahan yang pernah mereka lakukan. Mereka lalu “mencaplok” Syria berserta seluruh tempat sucinya untuk mendirikan kekuaasaan disana. Sejarah telah menyebutkan beberapa faktor yang membuat kaum salib berhasil melakukan penjajahan terhadap dunia Islam. Beberapa faktor itu sebagai berikut:
1.      Pertama dan paling utama adalah jauhnya umat Islam dari Allah.
2.    Para penguasa sibuk dengan diri sendiri demi melanggengkan kepentingan pribadi, sehingga mereka sering bertikai satu sama lain.
3. Banyak ulama meninggalkan kewajiban mereka untuk berdakwah dan berpihak pada kebenaran.
4. Adanya kelompok -didominasi oleh kelompok fanatic suku dan kelompok penganut mistisisme- yang mengeksploitasi perpecahan dalam tubuh umat, untuk mereka jadikan sumber penghidupan.
5.  Adanya keengganan didalam tubuh umat Islam sendiri untuk menuntut ilmu, mereka justru terus sibuk dan tenggelam dalam pertikaian yang terjadi diantara para penguasa muslim sendiri.
6.   Terjadinya serangan barbar yang telah meruntuhkan sendi-sendi ilmu pengetahuan seperti yang terjadi pada saat pasukan Mongol menghancurkan kekhalifahan Dinasti Abbasiyah.
Demikian yang terjadi pada umat Islam saat meninggalkan ajaran agamanya, kaum Muslim jauh dari pertolongan Allah disebabkan oleh diri mereka sendiri. Semoga kita bisa mengambil hikmah dari apa yang terjadi.
*arief abu habibie
Sumber: Atlas Perang Salib, Sami bin Abdullah al Maghluts

Sabtu, 16 November 2019

Pendahuluan Perang Salib

Selama Perang Salib, pertarungan antara kaum muslimin dan Kristen atau antara timur dan barat terlihat dengan jelas. Perang Salib, biasa disebut oleh para sejarawan muslim dengan nama al hamlet ash shalibiyah (serangan pasukan salib). Sementara itu, para sejarawan barat lebih sering menyebut Perang Salib dengan nama “Gerakan Salib” atau Gerakan Keagamaan”. Faktanya, semua kekerasan dan pertempuran berlangsung hampir dua abad. Peristiwa ini telah melahirkan gelombang kebencian, kedengkian, permusuhan, dan kehancuran yang merusak hubungan antar bangsa.
            Periode ini juga berlangsung invasi pasukan Mongol terhadap dunia Islam yang telah membuat kerusakan amat besar, bahkan meruntuhkan Dinasti Abbasiyah di Baghdad. Perang Salib benar-benar telah usai setelah jatuhnya Konstantinopel, ibu kota Kekaisaran Byzantium, ditangan pemimpin Turki, Sultan Muhammmad Al Fatih.
            Setelah masa perang salib usai, datanglah sebuah babak baru yang disebut sebagai Perang salib Modern. Pada periode inilah bangsa Eropa mulai “mencaplok” dunia Islam untuk memecah belah dan menguasainya. Bahkan ketika Jenderal Allenby asal Inggris berhasil memasuki Gunung Zaitun di Baitul Maqdis, dia berkata, “Inilah akhir dari perang Salib” dan ketika Jenderal Prancis, Koro memasuki Damaskus, dia segera mencari makam Shalahuddin al Ayyubi. Setelah menemukan dia langsung menjejakkan kakinya di atas makam sembari berseru, “Bangunlah kau hai Shalahuddin. Ini kami pasukan salib sudah kembali”.
*arief abu habibie
Sumber: Atlas Perang Salib, Sami bin Abdullah al Maghluts

Kamis, 14 November 2019

Mukadimah Perang Salib

Ditulisan kali ini kita akan sedikit membahas tentang Perang Salib, perang apapun namanya tidak pernah memberikan ketenangan dan kebahagiaan. Sebaliknya, perang hanya membawa duka bagi banyak orang. Oleh karena itu, perang tidak pernah dianjurkan oleh agama apapun di dunia ini kecuali untuk mempertahankan diri.
            Perang Salib berlangsung selama sekitar 2 abad (1096-1291) menjadi salah satu babak paling kelam dan paling dramatis dalam sejarah perjalanan umat beragama. Hanya karena keserakahan, agama menjadi alat legitimasi bolehnya pedang menebas leher bayi yang belum mengerti indahnya dunia. Darah mengalir dimana-mana hingga menggenangi jalanan kota. Demi perdamaian, katanya. Demi keadilan, klaimnya. Tak peduli, laki-laki atau perempuan, tak penting orang dewasa atau anak kecil, semua menjadi korban dari keganasannya.
            Yerusalem, Palestina hanyalah salah satu dari sekian banyak wilayah yang menjadi tujuan agresi pasukan salib. Shalahuddin al Ayyubi hanyalah salah satu dari sekian banyak panglima yang memimpin pasukan muslim. Raja Richard dari Inggris hanyalah salah satu dari sekian banyak panglima yang memimpin pasukan salib. Lalu, bagaimana dengan wilayah lainnya? Bagaimana dengan sosok panglima muslim yang lain? Seperti apa kegarangan para panglima salib lainnya?
            Kita berharap tidak ada lagi Perang Salib, tidak ada lagi perang, apa pun namanya, apa pun motifnya. Perang hanya akan membuat anak kehilangan ibunya, membuat istri kehilangan suaminya, membuat yang terang menjadi gelap, membuat yang kokoh menjadi rapuh, membuat senang menjadi benci, membuat kawan menjadi lawan, dan perang hanya akan melahirkan banyak masalah serta menyisakan setumpuk penyesalan.
*arief abu habibie
Sumber: Atlas Perang Salib, Sami bin Abdullah al Maghluts

Sabtu, 09 November 2019

Tadabbur Alam

Tadabbur alam begitu saya menyebut namanya acaranya, walau nama resmi dari panitia adalah Petualangan Lebah, ini adalah tahun kedua diadakann kegiatan ini, mengambil tema “berani berpetualang menebar manfaat”, berlokasi didua tempat, hari pertama di sekolah hari kedua di Telaga Saat. Acaranya sungguh luar biasa untuk ukuran An Nahl, anak-anak hari kedua diajak menjelajah mengelilingi kebun teh dengan suasana bukit dan pegunungan.
Melihat tanda-tanda kebesaran Allah bagi orang yang berfikir, walau cuaca panas tidak membuat surut semangat peserta karena disertai suasana angin yang sejuk, seluas mata memandang hamparan kebun teh yang berwarna hijau, sungguh luar biasa penciptaan Allah, bagaimana pendamping mengajak anak-anak berfikir tentang alam yang mereka lihat ini hanya sebagian kecil dari penciptaan Allah, yang sebagian kecil saja sudah luar biasa, apalagi yang lainnya.
Tantangan menjadi pendamping adalah bagaimana disaat kita sedang mentadabburi alam, jangan lupa menghubungkan atau mengkailkannya dengan yang menciptakanNya, salah satunya seperti yang Allah sebutkan dalam Al Quran:
وَالْجِبَالَ أَوْتَادًا
dan gunung-gunung sebagai pasak (An Naba: 7)
            Bagaimana gunung sudah disebutkan dalam Al Quran 14 abad yang lalu, dimana pada masa itu belum ada peralatan secanggih sekarang yang bisa mendeteksi dan memeriksa dengan detail apa itu fungsi gunung, dan sekarang sudah terbukti dengan ilmu science bahwa gunung sebagai pasak. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan.
*arief abu habibie

Gadai

Hari ini ada sedikit diskusi kecil yang membahas tentang gadai, berhubung ada yang ingin memiliki barang, tapi belum cukup malah yang dicari adalah barang gadai, dengan tujuan supaya bisa memanfaatkan barang gadaian tersebut. Saya teringat pembahasan gadai pernah saya ikuti dalam beberapa diskusi dan kajian, tapi saya tidak akan membahas detail tentang hukum syar’I berhubung saya sendiri memang bukan orang yang mempunyai kapasitas syar’i. Ini hanya sekedar sharing sebatas yang diketahui.
            Dalam Islam tujuan dari orang meminjamkan uang atau barang kepada orang lain tujuannya adalah menolong, salah satunya dengan gadai, bahwa barang gadainya hanya untuk jaminan kepercayaan dan keamanan, bukan untuk mendapatkan keuntungan atau kemanfaatan dari barang yang digadaikan. Seperti yang terdapat dalam hadist berikut:
كُلُّ قَـرضٍ جَرَّ مَنفَـعَـةً فَهُوَ رِباً
“Setiap utang yang memberikan keuntungan, maka (keuntungan) itu adalah riba.” (HR. Baihaqi)
            Bahkan ada  orang yang sangat hati-hati dalam hal ini. Sebut saja  A, meminjamkan uang kepada  B. Pada suatu ketika A membutuhkan pertolongan maka ia tidak akan atau setidaknya sebisa mungkin menghindari untuk meminta pertolongan kepada  B yang telah ia pinjami uang. Ia khawatir itu akan jatuh kedalam riba, karena telah mengambil keuntungan dari pertolongan yang ia berikan (meminjamkan uang).
            Gadai mengalami perbedaan pendapat saat yang di gadai adalah barang yang butuh perawatan, contoh mobil, motor, hewan, dll yang sifatnya butuh perawatan ada pembahasan tersendiri, silahkan bertanya kembali kepada orang yang anda percaya.
*arief abu Habibie

Selasa, 05 November 2019

Survival

Akhir pekan kemarin ada acara kemping, salah satu materinya tentang survival, bagaimana bertahan hidup dengan segala keterbatasan di alam bebas dari hambatan alam dalam segala kondisi. Materi yang sangat menarik, karena setiap orang pasti pada satu titik pernah mengalami survival. Entah karena kekurangan bahan pangan, kecelakaan, bencana alam, gangguan hewan atau kondisi lainnya.
            Pada materi tersebut disampaikan bagaimana bertahan pada kondisi survival kita harus melakukan yang Namanya STOP, yang terdiri dari:
1.      Seating atau duduk dan jangan panik, berhentilah jika anda ragu dalam melangkah.
2.      Thinking, mulailah berfikir dengan tenang terhadap situasi yang ada.
3.      Observasi, kenali, amati dan teliti lingkungan yang berada disekitar anda.
4.      Planning, buatlah rencana apa yang akan anda lakukan kedepannya.
Penguasaan kemampuan untuk mempertahankan hidup sangat penting bagi anda yang akan melakukan petualangan di alam bebas saat terjadi kondisi darurat, karena disaat kita menghadapi situasi darurat antara hidup dan mati, disitu kematangan kita semangat untuk tetap bertahan diuji. Apa kita menyerah atau memiliki tekad untuk tetap hidup.
*arief abu habibie