Sabtu, 16 November 2019

Pendahuluan Perang Salib

Selama Perang Salib, pertarungan antara kaum muslimin dan Kristen atau antara timur dan barat terlihat dengan jelas. Perang Salib, biasa disebut oleh para sejarawan muslim dengan nama al hamlet ash shalibiyah (serangan pasukan salib). Sementara itu, para sejarawan barat lebih sering menyebut Perang Salib dengan nama “Gerakan Salib” atau Gerakan Keagamaan”. Faktanya, semua kekerasan dan pertempuran berlangsung hampir dua abad. Peristiwa ini telah melahirkan gelombang kebencian, kedengkian, permusuhan, dan kehancuran yang merusak hubungan antar bangsa.
            Periode ini juga berlangsung invasi pasukan Mongol terhadap dunia Islam yang telah membuat kerusakan amat besar, bahkan meruntuhkan Dinasti Abbasiyah di Baghdad. Perang Salib benar-benar telah usai setelah jatuhnya Konstantinopel, ibu kota Kekaisaran Byzantium, ditangan pemimpin Turki, Sultan Muhammmad Al Fatih.
            Setelah masa perang salib usai, datanglah sebuah babak baru yang disebut sebagai Perang salib Modern. Pada periode inilah bangsa Eropa mulai “mencaplok” dunia Islam untuk memecah belah dan menguasainya. Bahkan ketika Jenderal Allenby asal Inggris berhasil memasuki Gunung Zaitun di Baitul Maqdis, dia berkata, “Inilah akhir dari perang Salib” dan ketika Jenderal Prancis, Koro memasuki Damaskus, dia segera mencari makam Shalahuddin al Ayyubi. Setelah menemukan dia langsung menjejakkan kakinya di atas makam sembari berseru, “Bangunlah kau hai Shalahuddin. Ini kami pasukan salib sudah kembali”.
*arief abu habibie
Sumber: Atlas Perang Salib, Sami bin Abdullah al Maghluts

1 komentar: