Kamis, 14 November 2019

Mukadimah Perang Salib

Ditulisan kali ini kita akan sedikit membahas tentang Perang Salib, perang apapun namanya tidak pernah memberikan ketenangan dan kebahagiaan. Sebaliknya, perang hanya membawa duka bagi banyak orang. Oleh karena itu, perang tidak pernah dianjurkan oleh agama apapun di dunia ini kecuali untuk mempertahankan diri.
            Perang Salib berlangsung selama sekitar 2 abad (1096-1291) menjadi salah satu babak paling kelam dan paling dramatis dalam sejarah perjalanan umat beragama. Hanya karena keserakahan, agama menjadi alat legitimasi bolehnya pedang menebas leher bayi yang belum mengerti indahnya dunia. Darah mengalir dimana-mana hingga menggenangi jalanan kota. Demi perdamaian, katanya. Demi keadilan, klaimnya. Tak peduli, laki-laki atau perempuan, tak penting orang dewasa atau anak kecil, semua menjadi korban dari keganasannya.
            Yerusalem, Palestina hanyalah salah satu dari sekian banyak wilayah yang menjadi tujuan agresi pasukan salib. Shalahuddin al Ayyubi hanyalah salah satu dari sekian banyak panglima yang memimpin pasukan muslim. Raja Richard dari Inggris hanyalah salah satu dari sekian banyak panglima yang memimpin pasukan salib. Lalu, bagaimana dengan wilayah lainnya? Bagaimana dengan sosok panglima muslim yang lain? Seperti apa kegarangan para panglima salib lainnya?
            Kita berharap tidak ada lagi Perang Salib, tidak ada lagi perang, apa pun namanya, apa pun motifnya. Perang hanya akan membuat anak kehilangan ibunya, membuat istri kehilangan suaminya, membuat yang terang menjadi gelap, membuat yang kokoh menjadi rapuh, membuat senang menjadi benci, membuat kawan menjadi lawan, dan perang hanya akan melahirkan banyak masalah serta menyisakan setumpuk penyesalan.
*arief abu habibie
Sumber: Atlas Perang Salib, Sami bin Abdullah al Maghluts

Tidak ada komentar:

Posting Komentar