Sayyid
Qutb, nama yang tidak asing, bagi beberapa pihak pikirannya memberikan
pencerahan dan bagi pihak yang lain pemikirannya menimbulkan kontroversi, untuk
tulisan kali ini bukan pemikirannya yang akan kita bahas, tapi lebih kepada
saudara-saudaranya, karena mungkin jarang diantara kita yang mengetahui kakak
dan adiknya. Sayyid terdiri dari lima bersaudara, dengan dua anak laki-laki dan
tiga anak perempuan. Sayyid sendiri adalah anak kedua.
Nafisah adalah anak pertama yang tepaut
usia tiga tahun diatas Sayyid. Nafisah tidak tertarik sama sekali dengan dunia
tulis menulis. Merupakan seorang wanita yang penyabar, meski telah menikah,
ternyata Nafisah tidak luput dari cobaan seperti adik-adiknya. Mulai dari
anaknya yang bernama Rif’at meninggal
dalam penjara setelah mendapat penyiksaan yang luar biasa dan anak keduanya
Azmi yang hampir meninggal dalam penjara, beruntung bisa lolos dan
menyelesaikan studinya di fakultas kedokteran.
Aminah merupakan anak ketiga dibawah
Sayyid. Aminah menyukai dunia tulis menulis, ikut berpartisipasi dalam
pembuatan sejumlah buku. Salah satunya Aminah terlibat dalam menyusun
otobiografi karya mereka yang diberi judul “Empat Spektrum”. Sayyid
menggambarkan adiknya sebagai sosok yang pendiam, suka menulis puisi dan
cerpen. Suami Aminah merupakan seorang aktivis Ikhwanul Muslimin yang pernah
ditangkap dan dipenjara pada tahun 1973, lalu pada tahun 1981 dijebloskan
kembali dalam penjara dan mengalami penyiksaan yang hebat hingga akhirnya
nyawanya pun melayang akibat penyiksaan yang sedemikian parah hingga ia
menghadap Allah.
Muhammad Qutb anak laki-laki kedua setelah
Sayyid, Muhammad juga mengalami ujian dan cobaan yang cukup berat, dijebloskan
kedalam penjara tanpa proses peradilan dan ketidakpastian hokum. Dalam
penangkapan ini, Muhammad mengalami penyiksaan yang hebat. Bahkan, sampai
terdengar dia disiksa sampai meninggal. Ketika public tahu kematiannya hanyalah
isu dan Muhammad ternyata masih hidup, mereka memberi gelar “Martir yang Masih
Hidup”. Setelah keluar penjara, Muhammad dikontrak menjadi pengajar salah satu
Universitas di Saudi.
Hamidah si bungsu dari empat spektrum.
Minat Hamidah terhadap dunia kepenulisan sangat besar. Seiring ketertarikannya kepada
pergerakan Islam, Hamidah kemudian lebih tertarik kepada tema-tema yang
berkaitan dengan keIslaman. Hamidah ikut ditangkap bersama aktivis perempuan
Ikwanul Muslimin. Tidak berhenti sampai disitu, Hamidah juga mengalami penyiksaan
yang tak mungkin bisa digambarkan. Setelah bebas dari penjara Hamidah kemudian
menikah dengan Dr. Hamid Mas’ud dan tinggal Bersama suaminya di Perancis.
*arief abu habibie
Tidak ada komentar:
Posting Komentar