Rabu, 30 Oktober 2019

Share pengalaman urus Akte dan Kartu Keluarga di Kota Bekasi

Saya termasuk orang yang harus banyak bersyukur berhubung dititipkan amanah anak sejumlah 4 (belum tau nambah lagi apa ga?!) dan termasuk warga negara Indonesia yang taat aturan administrasi, semua berkas yang berhubungan dengan suami istri dan anak-anak tersimpan rapi dan lengkap. Salah satu administrasi yang berhubungan dengan anak adalah akte dan KK. Ingin sedikit share tentang ini.
Berhubung usia anak-anak tidak terlalu jauh, jadi merasakan bagaimana perubahan ritme kelengkapan tertib administrasi. Saat urus anak yang pertama masih dibantu dan ditemani oleh orang tua, maklum masih newbie 😊, saat semua berkas lengkap bawa dari RT ke RW, trus ke Kelurahan lanjut ke Kecamatan dan berakhir di Dukcapil yang harus menunggu 14 hari kerja, dengan catatan sudah dapat akte dan KK.
Saat anak kedua dan ketiga ada beberapa perubahan dalam membuat akte dan KK, semuanya sama seperti mengurus akte dan KK anak pertama, yang membedakan adanya one day service, atau pelayanan satu hari beres dan bisa ditunggu, ini suatu terobosan luar biasa menurut saya pada saat itu, karena dengan 1 berkas lengkap dan izin kerja satu hari, saya bisa dapat mengurus dua dokumen.
Masuk ke anak yang ke empat baru beberapa waktu yang lalu diurusin, peraturan membuat akte dan KK terjadi perubahan, yaitu semua dokumen yang dikerjakan dibawah 60 hari diselesaikan di Kecamatan masing-masing yang ada di Kota Bekasi, ternyata setelah hanya sampai di Kecamatan, masa tunggu akte kembali seperti yang lama yaitu 14 hari kerja, dan disaat akte sudah jadi baru bisa mengajukan KK baru, degan berkas yang berbeda, alangkah mundurnya sistem birokrasi ini, padahal sebelumnya sudah bagus 1 hari selesai, tapi dibalik kekurangan itu ada juga positifnya yaitu masa buka Kecamatan senin-jumat sampai jam 8 malam, dan sabtu buka sampai jam 12 siang.
Semoga kedepan kota kelahiran saya ini menjadi lebih baik kedepannya, dapat memberikan pelayanan dan service yang baik buat masyarakat Kota Bekasi.
*arief abu habibie

Senin, 28 Oktober 2019

Orang "Berisi"

Seru, menarik dan berisi ilmu, itu mungkin kata yang tepat untuk menggambarkan diskusi pada malam hari ini, beda memang disaat orang yang memiliki isi yang berbicara dengan yang tidak memiliki isi, perkataannya ilmu, bercandanya ilmu dan ilmu yang seakan monoton tapi disampaikan sama orang yang mengusai atau paham jadi lebih mudah dimengerti.
            Saat seseorang menyampaikan kisah nabi dan dia menguasai kisah tersebut dengan baik, serta penyampaiannya menarik hampir pasti si pendengar akan berlama-lama mendengarkan kisah tersebut, berbeda dengan orang yang tidak menguasai kisah nabi tapi tetap menyampaikan yang ada akan terlalu terpaku pada buku dan tidak variatif.
            Untuk mencapai hasil pembelajaran yang baik, saat seorang pendidik akan menyampaikan ilmu, pendidik harus benar-benar yakin menguasai bidang ilmu yang akan dia sampaikan untuk mendapatkan hasil yang maksimal, bagaimana pendidik bisa menguasai ilmu yang akan diajarkan? Satu-satunya cara pendidik belajar terlebih dahulu sebelum menyampaikan.
*arief abu habibie

Sabtu, 26 Oktober 2019

Permasalahan Anak

Alhamdulillah, kata yang dapat menggambarkan rasa syukur saya kepada Allah, dengan izinya tidak terasa sudah memasuki tulisan ke 10 sekaligus 10 hari berturut-turut menulis 1 tulisan setiap harinya, bukan hal yang terbilang mudah bagi saya yang jarang menulis rutin, tapi kadang-kadang segala sesuatu yang baik perlu dipaksa diawalnya, hingga selanjutnya menulis menjadi sesuatu yang bisa dinikmati sebagai sebuah kebutuhan untuk menuangkan ide, gagasan dan pikiran yang ada. Mohon doa semoga bisa berkelanjutan istiqomah kedepannya dan menjadi amal kebaikan buat saya. Ditunggu saran dan masukannya dari para pembaca sekalian. Yuks kita mulai kisah di hari ini.
Pagi hari ini bertempat di Auditorium, ada pelatihan tentang permasalahan anak dalam hal ini adalah murid sekolah, pembicara didatangkan dari luar. Untuk ilmu yang sifatnya bermanfaat bagi guru, saya tidak meragukan AIS totalitas mendatangkan pembicara-pembicara dari luar yang berkompeten dan berkualitas, yang jadi tantangan adalah bagaimana memberikan “hidayah” bahwa belajar itu bagi seorang pendidik bukan suatu kewajiban yang harus dipaksa, tapi sebuah kebutuhan yang akan bermanfaat bagi pendidik itu sendiri.
            Kembali kepada tema di hari ini yang berjudul permasalahan anak, saya pribadi kurang sreg secara judul, karena tidak ada yang namanya masalah, yang ada adalah sebuah tantangan yang harus dicari solusinya. Materi dan jawaban yang diberikan tadi hampir sama seperti yang pernah saya lakukan ditempat sebelumnya, bedanya pemateri disampaikan dalam bentuk training, kalau saya hanya untuk sendiri dan obrolan saja.
            Masalah anak, sebenarnya tidak faktor tunggal bahwa anak yang salah, alangkah baiknya seorang pendidik melakukan beberapa hal yang perlu dicek, bahwa si anak melakukan hal yang kurang baik, bisa jadi karena ada faktor eksternal yang memicu melakukan hal tersebut. Pihak yang harus ditanya tentang si anak adalah orang tuanya, karena orang tuanya lah yang paham history anak ini bagaimana, supaya tidak terjadi ahistory dengan pendidik yang baru mengajarnya beberapa saat, orang tua yang harus digali sebanyak-banyaknya tentang anak itu bagaimana baiknya supaya dengan waktu yang tidak lama (1 tahun ajaran) pendidik bisa maksimal dalam mengajar anaknya.
*arief abu habibie

Jumat, 25 Oktober 2019

Visi Keluarga

Pagi hari ini saat kegiatan tilawah (membaca Al Quran) ada sebuah motivasi yang menceritakan tentang visi misi lembaga, intinya adalah bagaimana mengimplementasikan visi misi lembaga kedalam aplikasi sehari-hari di sekolah. Saya teringat sebuah buku yang salah satu bab membahas tentang visi keluarga muslim.
Visi keluarga muslim:
1.      Penyejuk pandangan mata
2.      Pemimpin bagi orang yang bertaqwa
3.      Dijauhkan dari api neraka
4.      Dimasukkan kedalam surga
Visi keluarga muslim tersebut disebutkan dalam Al Quran. Ada 3 ayat yang harus digabungkan:
وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
Dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
Dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.
وَالَّذِينَ آمَنُوا وَاتَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتُهُمْ بِإِيمَانٍ أَلْحَقْنَا بِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَمَا أَلَتْنَاهُمْ مِنْ عَمَلِهِمْ مِنْ شَيْءٍ ۚ كُلُّ امْرِئٍ بِمَا كَسَبَ رَهِينٌ
Dan orang-oranng yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya.
            Kalimat dalam Al Quran benar-benar pilihan dan penuh kekuatan. Generasi dan keluarga kita diharapkan menjadi pemimpin bagi orang yang bertaqwa. Ini menunjukkan bahwa Al Quran tidak ingin generasi dan keluarga kita asal menjadi pemimpin.
            Al Quran menginginkan hal yang sangat ideal, pemimpin bagi orang yang bertaqwa. Sebuah masyarakat yang bertaqwa adalah masyarakat yang sangat mulia didunia dan akhirat. Berarti pemimpin ini adalah orang pilihan dari masyarakat pilihan. Dan itulah keluarga dan generasi kita. Insya Allah…

*arief abu habibie
Sumber bacaan: Modul Kuttab 1

Kamis, 24 Oktober 2019

Keterampilan

Sore hari ini melihat kegiatan Pramuka yang biasa diadakan di sekolah, siswa begitu semangat dalam berlatih tali temali, semakin sering siswa berlatih, semakin terbiasa atau luwes dalam menggunakan tali temali dan ini bisa berlaku dalam hal apapun yang jika dilatih terus menerus akan melahirkan suatu kebiasaan yang disebut dengan keterampilan.
            Keterampilan pada dasarnya akan lebih baik bila terus diasah dan dilatih untuk meningkatkan kemampuan dalam satu bidang. Bagaimana seorang guru bisa disebut guru jika guru tersebut tidak pernah mengajar, bagaimana guru menunjukkan keterampilan mengajarnya kepada anak didiknya, atau bagaimana seorang anak yang sedang belajar naik sepeda, itu juga bagian dari keterampilan mengendarai sepeda, jika si anak jarang latihan, tentu tidak akan selancar anak yang sering berlatih.
            Maka dari itu disaat anak akan belajar suatu keterampilan disini perlunya kerelaan orang tua jika terjadi sesuatu, karena namanya belajar keterampilan pasti ada resikonya, naik sepeda bisa jadi kaki dan tangan leceh, belajar beladiri bisa terkilir, itu adalah sesuatu yang lumrah, justru dengan itu anak jadi belajar bagaimana supaya saat mengendarai sepeda tidak terjatuh, saat belajar beladiri tidak terkilir.
*arief abu habibie

Rabu, 23 Oktober 2019

Ketegasan Untuk Anak

Setelah kita berbicara tentang kemandirian anak pada tulisan sebelumnya, perlu kiranya kita juga membahas tentang ketegasan pada anak. Berhubung akhir-akhir ini banyak berita yang membuat kita miris mendengarnya, bahwa guru didepan murid tidak memiliki wibawa atau tidak dihormati. Mulai dari guru yang dilecehkan, tidak dihargai sampai ada yang bermain fisik dengan gurunya, karena gurunya mengingatkan murid yang melakukan tindakan tidak baik. Padahal guru mewakili orang tua di sekolah.
            Saya sepakat dunia anak memang dunia bermain yang penuh keceriaan. Anak yang dibesarkan dengan penuh cinta dan kasih sayang dari kedua orang tua dan guru. Akan tetapi dalam prakteknya di sekolah seorang murid juga perlu diingatkan akan sebuah aturan yang harus mereka ikuti. Untuk membangun sebuah sistem yang diikuti seluruh warga sekolah perlu yang namanya reward dan punishment, reward diberikan saat murid mematuhi aturan yang ada, dan punishment diberikan saat murid melanggar aturan yang diberikan.
            Mendidik anak idealnya harus sesuai dengan ajaran yang dicontohkan Rasulullah, yaitu menerapkan pola asuh dengan penuh cinta dan kasih sayang, serta bersikap dan bertindak tegas dalam menjalankan kedisiplinan. Terkadang sebuah ilmu harus diberikan dengan ketegasan dan ketegasan berbeda dengan kekerasan atau kemarahan yang berarti emosi yang tidak terkontrol. Ketegasan sikap dan tindakan untuk menerapkan kedisiplinan terhadap peraturan yang ada. Dengan adanya ketegasan murid diharapkan bisa mengikuti aturan yang ada.
*arief abu habibie

Selasa, 22 Oktober 2019

Kemandirian Anak

Kegiatan hari ini di sekolah di mulai dengan intra yaitu kegiatan olahraga berenang dan memanah yang di lakukan di sekolah, semua siswa antusias dalam melaksanakan kegiatan ini. Termasuk salah satu kegiatan yang ditunggu-tunggu oleh siswa karena kegiatannya bersifat outdoor, di laksanakan dalam kegiatan kalender akademik sebulan sekali. Dengan salah satu tujuannya melatih kemandirian.
            Faktor penting dalam tumbuh kembang anak salah satunya adalah kemandirian. Anak yang memiliki kemandirian dalam kegiatan belajar terlihat aktif, memiliki ketekunan dan inisiatif dalam mengerjakan tugas. Kita saat melihat kupu-kupu yang akan keluar dari kepompong terlihat kasihan sekali melihat perjuangan kupu-kupu yang harus keluar dengan cara mengoyak kepompongnya, jika kita merasa iba dengan kupu-kupu tersebut dan membantunya dengan cara menggunting kepompongnya. Apa yang terjadi selanjutnya? Kupu-kupu tersebut dapat keluar dari kepompong dengan kondisi sayap yang rapuh dan tidak dapat terbang dengan baik, sehingga mudah sekali menjadi mangsa bagi makhluk lain.
            Anak diibaratkan seekor kupu-kupu yang sedang berusaha keluar dari kepompong. Sedang orang tua diibaratkan orang yang membantu dengan cara menggunting kepompong tersebut. Selain faktor kasihan seringkali orang tua kurang sabar melihat proses anak dalam mencoba hal baru, seperti makan, memakai baju, memakai sepatu, dan lain-lain. Padahal bisa jadi hal tersebut bisa berdampak tidak baik bagi masa depannya. Kadang-kadang ada kondisi dimana memudahkan anak ini akan mematikan potensi-potensinya, memudahkan anak ini menumpulkan keterampilan-keterampilannya, memudahkan anak ini sama dengan merusak masa depannya.
*arief abu habibie

Senin, 21 Oktober 2019

Berinteraksi Dengan Tetangga

“Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia memuliakan tetangganya (HR Muslim)
Materi yang bagus saat pengajian pekan ini, di review kembali tentang bagaimana kita bertetangga. Siapakah yang termasuk tetangga kita? Semua orang yang tinggal satu kampung Bersama kita, atau ada yang lain, semua orang yang menempati 40 rumah dari semua penjuru arah.
Bagaimana Rasulullah mencontohkan kita dalam bertetangga dalam hal saling memberi “Jika engkau memasak, maka perbanyaklah kuahnya dan perhatikan tetanggamu, berikan makanan itu dengan cara yang baik”. Kenapa kita diminta saling memberi karena akan membangun rasa kedekatan, saling tolong menolong, karena saat kita butuh bantuan, maka tetanggalah yang akan kita minta tolong pertama kali.
Rasulullah di wasiati oleh Malaikat Jibril “untuk berbuat baik kepada tetangga”. Bersyukurlah jika saat ini kita memiliki tetangga yang baik, yang bisa saling mengerti dan bertoleransi, bagaimana dengan yang belum, bagi yang belum bisa jadi karena belum ada yang memulai satu dengan yang lain. Sesama tetangga minta di mengerti tapi belum mau mengerti orang lain.
Interaksi kepada tetangga ini terkadang bagi beberapa orang di sepelekan oleh sebagian kaum muslimin, padahal jika kaum muslimin salah dalam interkasi kepada tetangga dengan tidak mengikuti adab yang sudah dicontohkan Rasulullah. Kesalahan tersebut bisa menyebabkan kaum muslimin gagal masuk ke dalam surganya Allah.


*arief abu habibie

Minggu, 20 Oktober 2019

Masjid Ramah Anak

Semalam saat rapat DKM Al Fatih salah satu pembahasannya adalah bagaimana mengkondisikan anak supaya tertib saat solat berlangsung, bukannya anak-anak saat ini tidak tertib, hanya memang belum semuanya paham bagaimana baiknya adab didalam masjid terutama saat sedang solat.
      Perlu adanya kerjasama antara pihak masjid sebagai tempat solat dengan para orang tua yang anaknya solat ke masjid/musholla, saat solat bisa setiap anak dibuat selang seling supaya tidak saling bertemu, atau ada juga yang memang menyiapkan tempat khusus bagi anak-anak, sehingga saat solat tempat anak-anak dengan dewasa berbeda, dan tempat anak-anak tetap ada yang mendampingi, baik dari pengurus atau orang tua yang mengajak anaknya ke solat. Silahkan disesuaikan dengan kondisi dan strategi masing-masing tempat.
      Sebuah kebahagiaan tersendiri saat anak hatinya terpaut kepada masjid, saat anak senang ke masjid dan merasa nyaman saat berada di masjid. Rasulullah sendiri meminta para orant tua untuk membiasakan anak solat di masjid terutama yang laki-laki, karena di usia 7 tahun mereka sudah diperintahkan untuk solat, bagaimana mereka mau solat jika ternyata sebelumnya tidak pernah diajari solat dan dibiasakan ke masjid.
      Tantangannya adalah bagi pengurus masjid atau musholla bagaimana membuat masjid yang ramah anak, sehingga mereka merasa nyaman saat di masjid, di nasehati dengan baik saat ada anak yang berlebihan bercanda saat solat, supaya mereka tetap mau dating ke masjid, dan bagi orang tua adalah mem-briefing anaknya saat akan berangkat ke masjid, memberitahu mereka bagaimana adab didalam masjid dan jangan pernah bosan untuk selalu mengulang-ulang briefing sebelum ke masjid. Masjid boleh dipakai untuk tempat bermain, tapi bukan saat solat sedang berlangsung, didalam ruang utama. Nasehati anak-anak bahwa bermain boleh setelah solat selesai, bisa di teras atau di halaman masjid.
*arief abu habibie

Empat Spektrum

Sayyid Qutb, nama yang tidak asing, bagi beberapa pihak pikirannya memberikan pencerahan dan bagi pihak yang lain pemikirannya menimbulkan kontroversi, untuk tulisan kali ini bukan pemikirannya yang akan kita bahas, tapi lebih kepada saudara-saudaranya, karena mungkin jarang diantara kita yang mengetahui kakak dan adiknya. Sayyid terdiri dari lima bersaudara, dengan dua anak laki-laki dan tiga anak perempuan. Sayyid sendiri adalah anak kedua.
      Nafisah adalah anak pertama yang tepaut usia tiga tahun diatas Sayyid. Nafisah tidak tertarik sama sekali dengan dunia tulis menulis. Merupakan seorang wanita yang penyabar, meski telah menikah, ternyata Nafisah tidak luput dari cobaan seperti adik-adiknya. Mulai dari anaknya yang bernama Rif’at meninggal dalam penjara setelah mendapat penyiksaan yang luar biasa dan anak keduanya Azmi yang hampir meninggal dalam penjara, beruntung bisa lolos dan menyelesaikan studinya di fakultas kedokteran.
      Aminah merupakan anak ketiga dibawah Sayyid. Aminah menyukai dunia tulis menulis, ikut berpartisipasi dalam pembuatan sejumlah buku. Salah satunya Aminah terlibat dalam menyusun otobiografi karya mereka yang diberi judul “Empat Spektrum”. Sayyid menggambarkan adiknya sebagai sosok yang pendiam, suka menulis puisi dan cerpen. Suami Aminah merupakan seorang aktivis Ikhwanul Muslimin yang pernah ditangkap dan dipenjara pada tahun 1973, lalu pada tahun 1981 dijebloskan kembali dalam penjara dan mengalami penyiksaan yang hebat hingga akhirnya nyawanya pun melayang akibat penyiksaan yang sedemikian parah hingga ia menghadap Allah.
      Muhammad Qutb anak laki-laki kedua setelah Sayyid, Muhammad juga mengalami ujian dan cobaan yang cukup berat, dijebloskan kedalam penjara tanpa proses peradilan dan ketidakpastian hokum. Dalam penangkapan ini, Muhammad mengalami penyiksaan yang hebat. Bahkan, sampai terdengar dia disiksa sampai meninggal. Ketika public tahu kematiannya hanyalah isu dan Muhammad ternyata masih hidup, mereka memberi gelar “Martir yang Masih Hidup”. Setelah keluar penjara, Muhammad dikontrak menjadi pengajar salah satu Universitas di Saudi.
      Hamidah si bungsu dari empat spektrum. Minat Hamidah terhadap dunia kepenulisan sangat besar. Seiring ketertarikannya kepada pergerakan Islam, Hamidah kemudian lebih tertarik kepada tema-tema yang berkaitan dengan keIslaman. Hamidah ikut ditangkap bersama aktivis perempuan Ikwanul Muslimin. Tidak berhenti sampai disitu, Hamidah juga mengalami penyiksaan yang tak mungkin bisa digambarkan. Setelah bebas dari penjara Hamidah kemudian menikah dengan Dr. Hamid Mas’ud dan tinggal Bersama suaminya di Perancis.
      *arief abu habibie

Sabtu, 19 Oktober 2019

Ilmu Itu Utama

Ada sebuah pertanyaan dari tulisan sebelumnya, dari 3 tujuan (Ilmu, Keterampilan dan Sikap) mengadakan sebuah pelatihan dalam sebuah organisasi, mana yang lebih diutamakan saat kondisi organisasi hampir mengalami kendala disetiap bidang.
      Sebagaimana kita dalam sehari semalam minimal 17 kali meminta kepada Allah di dalam solat untuk ditunjuki jalan yang benar, bukan jalan orang-orang yang dimurkai dan bukan jalan orang yang sesat, dan bagaimana Rasulullah mengajarkan kita urutan dari sebuah metode pembelajaran.
      Saya cenderung bahwa ilmu adalah yang utama, kenapa harus ilmu, karena disaat seseorang sudah memiliki ilmu, seharusnya yang lain akan mengikuti, baik itu keterampilan dan sikapnya, disaat ilmu sudah tertanam sebagai pondasi dasar seseorang, dengan sendirinya orang tersebut akan mengetahui bagaimana langkah yang baik kedepannya.
      Benarlah apa yang pernah dikatakan Rasullullah bahwa ilmu sebelum amal, karena seseorang yang beramal tanpa ilmu akan mudah terjerumus dalam kesalahan, maka dari itu jangan pernah merasa cukup dengan ilmu yang dimiliki, terus belajar dan meng upgrade diri menjadi lebih baik lagi buat kedepannya.
*arief abu habibie

Rumah Belajar

Dalam sebuah sekolah diperlukan sebuah kegiatan yang bisa menyamakan persepsi, memberi, memperoleh, meningkatkan, serta mengembangkan potensi sumber daya manusia,. Untuk menghasilkan sebuah produktifitas, disiplin, sikap dan keterampilan maupun keahlian tertentu. Terutama gurunya, karena wahyu pertama yang turun didalam Islam adalah IQRA.
            Bagaimana mungkin guru tidak belajar sedangkan dia akan mengajarkan dan menyampaikan ilmu. Maka dari itu, tidak ada kata selesai bagi seorang guru dalam belajar dan perlu adanya sebuah training yang bisa mencapai tujuan tersebut yang terbagi dalam 3 aspek:
1.      Ilmu pengetahuan, perlunya pemahaman tentang ilmu pengetahuan yang cukup untuk mengerjakan tugas yang diberikan.
2.      Kemampuan, bagaimana seorang guru memiliki kemampuan teknis mengajar yang mumpuni dengan terus melakukan.
3.      Sikap, setelah melakukan training, diharapkan seorang guru dapat memiliki chemistry atas tugas yang akan dilakukannya.
Training dapat dilakukan oleh sekolah itu sendiri yang berhubung dengan visi misi sekolah, dan Lembaga luar yang berhubungan dengan hal yang sifatnya umum, sebagai masukan informasi penambah wawasan.
*arief abu habibie

Kamis, 17 Oktober 2019

IDEAL

Saya pernah dinasehati salah seorang di tempat saya mengajar, Mr “Nobody is perfect&there is no ideal school”, memang tidak ada yang sempurna di dunia ini dan memang tidak ada yang ideal, justru dengan ketidaksempurnaan dan ketidakidealan tersebut kita bisa saling menutupi, melengkapi dan membantu satu sama lain.
Dalam konteks bawahan dan atasan, bisa jadi bawahan kita memiliki kekurangan, tapi pasti dia memiliki kelebihan dan bisa jadi pimpinan kita memiliki kelebihan, tapi pasti dia memiliki kekurangan, disitulah hikmahnya kita saling menutupi dan melengkapi. Bisa juga dalam contoh partner kerja, teman mengajar, pasangan hidup, dll.
            Masing-masing orang memiliki latar belakang yang berbeda-beda, input yang berbeda akan menghasilkan output yang berbeda pula dalam memberikan respon, jadi kita tidak bisa memaksakan orang lain memiliki pemikiran yang sama dengan kita, yang bisa kita lakukan adalah mempersamakan persepsi dan arah tujuan kita, kemana kita berjalan, dengan apa menuju kesana dan bagaimana menuju tempat itu.
*arief abu habibie