Minggu, 20 Oktober 2019

Empat Spektrum

Sayyid Qutb, nama yang tidak asing, bagi beberapa pihak pikirannya memberikan pencerahan dan bagi pihak yang lain pemikirannya menimbulkan kontroversi, untuk tulisan kali ini bukan pemikirannya yang akan kita bahas, tapi lebih kepada saudara-saudaranya, karena mungkin jarang diantara kita yang mengetahui kakak dan adiknya. Sayyid terdiri dari lima bersaudara, dengan dua anak laki-laki dan tiga anak perempuan. Sayyid sendiri adalah anak kedua.
      Nafisah adalah anak pertama yang tepaut usia tiga tahun diatas Sayyid. Nafisah tidak tertarik sama sekali dengan dunia tulis menulis. Merupakan seorang wanita yang penyabar, meski telah menikah, ternyata Nafisah tidak luput dari cobaan seperti adik-adiknya. Mulai dari anaknya yang bernama Rif’at meninggal dalam penjara setelah mendapat penyiksaan yang luar biasa dan anak keduanya Azmi yang hampir meninggal dalam penjara, beruntung bisa lolos dan menyelesaikan studinya di fakultas kedokteran.
      Aminah merupakan anak ketiga dibawah Sayyid. Aminah menyukai dunia tulis menulis, ikut berpartisipasi dalam pembuatan sejumlah buku. Salah satunya Aminah terlibat dalam menyusun otobiografi karya mereka yang diberi judul “Empat Spektrum”. Sayyid menggambarkan adiknya sebagai sosok yang pendiam, suka menulis puisi dan cerpen. Suami Aminah merupakan seorang aktivis Ikhwanul Muslimin yang pernah ditangkap dan dipenjara pada tahun 1973, lalu pada tahun 1981 dijebloskan kembali dalam penjara dan mengalami penyiksaan yang hebat hingga akhirnya nyawanya pun melayang akibat penyiksaan yang sedemikian parah hingga ia menghadap Allah.
      Muhammad Qutb anak laki-laki kedua setelah Sayyid, Muhammad juga mengalami ujian dan cobaan yang cukup berat, dijebloskan kedalam penjara tanpa proses peradilan dan ketidakpastian hokum. Dalam penangkapan ini, Muhammad mengalami penyiksaan yang hebat. Bahkan, sampai terdengar dia disiksa sampai meninggal. Ketika public tahu kematiannya hanyalah isu dan Muhammad ternyata masih hidup, mereka memberi gelar “Martir yang Masih Hidup”. Setelah keluar penjara, Muhammad dikontrak menjadi pengajar salah satu Universitas di Saudi.
      Hamidah si bungsu dari empat spektrum. Minat Hamidah terhadap dunia kepenulisan sangat besar. Seiring ketertarikannya kepada pergerakan Islam, Hamidah kemudian lebih tertarik kepada tema-tema yang berkaitan dengan keIslaman. Hamidah ikut ditangkap bersama aktivis perempuan Ikwanul Muslimin. Tidak berhenti sampai disitu, Hamidah juga mengalami penyiksaan yang tak mungkin bisa digambarkan. Setelah bebas dari penjara Hamidah kemudian menikah dengan Dr. Hamid Mas’ud dan tinggal Bersama suaminya di Perancis.
      *arief abu habibie

Tidak ada komentar:

Posting Komentar